tahun baru

1 Muharram 1437 Hijriyah..



Pagi ini, mungkin orang2 telah lebih dulu mengucapkan”selamat tahun baru hijriyah” dengan kalimat pengiring yang panjang nan menyentuh hati. Dan benar saja, ketika saya buka Whatss Up, BBM, FB, line, bahkan sms penuh dengan kata-kata tersebut.
Saya memilih untuk tidak mengirim kalimat apapun. Di salah satu sudut kota Yogyakarta, saya memilih bergegas. Menguatkan azzam saya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Saya catat di buku agenda saya, note di laptop, hape, sampai sticky notes perbaikan-perbaikan diri yang harus saya lakukan selama 1 tahun ke depan. Keinginan yang belum tercapai di 1436, saya catat kembali.
Lalu usai merapikan alarm perbaikan diri saya, saya bergegas ke dapur. Menyiapkan 2 piring nasi goreng untuk saya dan rekan saya, Dev. Setelah memenuhi kebutuhan sarapan pagi, saya membuka laptop saya sembari melanjutkan tulisan saya yang tertunda semalam karena ngantuk yang teramat telah lebih dulu menyerang.
Jemari saya mulai menekan sederet huruf tak beraturan di keyboard sambil mendengarkan nasyid dengan ritme tenang, sebagai awal tahun baru Islam. Satu, dua, tiga, hingga beberapa nasyid berlalu. kadang saya ikuti dengan suara saya. Lalu saya meminta Dev, lengkapnya Devita untuk menerima suara fals saya dengan lapang dada. Bahkan memaksanya mengakui suara saya seolah merdu J.
Ia hanya terkekeh. Selang beberapa menit kemudian ia berdiri dan berucap. “saya merasa seperti di Kota santri, Ker”. Lalu ia lanjutkan dengan melantunkan, lagu suasana di kota santri
Mata saya mengerling. “Ini namanya lagu nasyid. Kan hari ini tahun baru Hijriyah,” kilah saya.
“Oh, jadi disesuaikan yah.”
Saya hanya tersenyum, “Selamat Tahun baru Hijriyah….”

Komentar