Teori-teori Komunikasi


A.    Teori Umum

1.  Teori Fungsional dan Struktural
Teori fungsional dan struktural adalah salah satu teori komunikasi yang masuk dalam kelompok teori umum atau general theories (Littlejohn, 1999), ciri utama teori ini adalah adanya kepercayaan pandangan tentang berfungsinya secara nyata struktur yang berada di luar diri pengamat.
Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan ‘struktural fungsional’ merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Fungsionalisme struktural adalah  sebuah sudut pandang luas dalam ilmu sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian- bagian yang saling berhubungan.
 Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi, dan instituisi. Pemikiran struktural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup (www.scribd.com/doc/81905467/52/Teori-Fungsional-Struktural).
Teori Durkheim Menurut Emile Durkheim tentang Fungsional Struktural ialah bila mana suatu Sistem mengalamai Fluktuasi yang keras misalnya saja ekonomi, maka hal itu akan berimbas pada seluruh sistem yang ada, misalnya Politik dan Sosial pun mengalami perubahan. (www.scribd.com/doc/81905467/52/Teori-Fungsional-Struktural kangdarma.wordpress.com).
Fungsionalisme Durkheim ini tetap bertahan dan dikembangkan lagi oleh dua orang ahli antropologi abad ke-20, yaitu Bronislaw Malinowski dan A.R. Radcliffe-Brown. Malinowski dan Brown dipengaruhi oleh ahli-ahli sosiologi yang melihat masyarakat sebagai organisme hidup, dan keduanya menyumbangkan buah pikiran mereka tentang hakikat, analisa fungsional yang dibangun di atas model organis.
 Di dalam batasannya tentang beberapa konsep dasar fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial, pemahaman Radcliffe-Brown (1976:503-511) mengenai fungsionalisme struktural merupakan     dasar    bagi     analisa   fungsional       kontemporer.
Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang, seperti penghukuman kejahatan, atau upacara penguburan, adalah merupakan bagian yang dimainkannya dalam kehidupan sosial sebagai keseluruhan dan, karena itu merupakan sumbangan yang diberikannya bagi pemeliharaan kelangsungan          structural   (Radcliffe-Brown       (1976:505).
Jasa Malinowski terhadap fungsionalisme, walau dalam beberapa hal berbeda dari Brown, mendukung konsepsi dasar fungsionalisme tersebut. Para ahli antropologi menganalisa kebudayaan dengan melihat pada ”fakta-fakta antropologis” dan bagian yang dimainkan oleh fakta-fakta itu dalam sistem kebudayaan (Malinowski, 1976: 551).
Dalam membahas sejarah fungsionalisme struktural, Alvin Gouldner (1970: 138-157) mengingatkan pada pembaca-pembacanya akan lingkungan di mana fungsionalisme aliran Parson berkembang.

2.     Teori Kognitif
Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura (Bandura, 1962) juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative learning). Pada beberapa publikasinya, Bandura telah mengelaborasi proses belajar sosial dengan faktor-faktor kognitif dan behavioral yang memengaruhi seseorang dalam proses belajar sosial. Teori ini sangat berperan dalam mempelajari efek dari isi media massa pada khalayak media di level individu.


3.     Teori Interpretatif dan Kritis
·           Fenomenologi dan Hermeneutika
Hermeneutika menunjuk pada interpretasi tekstual dan masih banyak yang menggunakannya untuk kepentingan tersebut, namun, bagi banyak orang, hermeneutika telah menjadi hampir sama dengan interpretasi itu sendiri. Fenomenologi dikemukakan oleh Stanley Deetz, adalah studi mengenai pengetahuan yang muncul dalam pengalaman yang diperoleh secara sadar.
Fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupan di dunia. Studi ini melihat objek dan peristiwa dari perspektif orang yang mengalami. Realitas dalam fenomenologi merupakan bagian dari pengalaman sadar seseorang. Stanley Deetz mengemukaan tiga prinsip fenomenologi:
1. pengetahuan haruslah sadar
2. makna diberikan atas dasar potensinya bagi tindakan seseorang
3. bahasa merupakan perantara bagi munculnya makna.
Hermeneutika (yang diperkenalkan oleh Friedrich Schleiermacher, namun Edmund Husserl disebut sebagai bapak fenomenologi karena berkarya sepanjang paruh pertama abad 20), adalah studi mengenai pemahaman (the study of understanding), terutama dengan meninterprestasikan tindakan dan teks. Secara umum, hermeneutika terbagi menjadi tiga kelompok utama:
1. hermeneutika sebagai alat untuk menginterprestasikan tindakan dalam konteks
2. hermeneutika untuk memahami teks terlepas dari konteks dimana teks tsb diciptakan dan dikonsumsi
3. hermeneutika yang mempelajari persoalan-persoalaln pemahaman itu sendiri.
Bagian dimana hermeneutika dan fenomenologi sepakat adalah bahwa interpretasi merepakan suatu proses tak terpisahkan dari bahasa. Karena kategori2 linguistik merupakan bagian terpenting dari setiap pemahaman, yang pada gilirannya membentuk realita bagi kita.
Paul Ricoeur menggunakan hermeneutika dan fenomenologi untuk menjelaskan teori interprestasi tekstualnya. Ricoeur mengemukakan bahwa percakapan, sebagai produk dari ujaran, dapat dipahami secara linguistic yaitu dengan menganalisis kata, atau secara personal yaitu dengan menemukan makna dari pembicara itu sendiri atas apa yang dikatakannya. Karena kata memiliki banyak makna (polysemy), maka percakapan menuntut interprestasi.

·      Teori-Teori Interpretasi
Teori interprestasi mengasumsikan bahwa makna dapat berarti lebih dari apa yang dijelaskan oleh pelaku. Dengan demikian, interpretasi adalah suatu tindakan kreatif dalam mengungkap kemungkinan-kemungkinan makna. Alfred Schuzt mengemukakan bahwa orang melakukan interprestasi sosial dalam kehidupannya. Ketika orang bertindak dalam kehidupan sehari-harinya, mereka membuat tiga asumsi dasar:
1.    mereka berasumsi bahwa realitas dan struktur kehidupan adalah konstan, yaitu bahwa kehidupan akan tetap tampak seperti semula.
2.    mereka beranggapan bahwa pengalaman mereka terhadap kehidupan adalah valid, sehingga orang menganggap bahwa persepsi mereka terhadap peristiwa adalah akurat.
3.    orang melihat dirinya sebagai memiliki kekuatan utk bertindak dan mencapai sesuatu dan mempengaruhi kehidupan.
Prinsip utama teori Gadamer adalah bahwa orang selalu memahami pengalaman dari perspektif praduga. Tradisi memberi kita cara untuk memahami sesuatu, dan kita tidak dpt memisahkan diri dari tradisi tsb. Pengamatan, penalaran, dan pemahaman tdk akan pernah objektif murni; semuanya akan diwarnai oleh sejarah dan komunitas. Lebih lanjut, sejarah tdk boleh dipisahkan dari keadaan saat ini. Kita selalu merupakan bagian yang simultan dari masa lalu, masa kini, dan antisipasi masa mendatang. Dengan kata lain, masa lalu berada dalam diri kita sekarang di masa kini  mempengaruhi konsepsi kita terhadap masa mendatang. Pada saat yg sama, perhatian kita pada realitas masa kini mempengaruhi bagaimana pandangan kita terhadap masa lalu.

·      Teori-Teori Feminis dan “Muted Group”
Teori Feminis dimulai dengan asumsi bahwa gender adalah kategori yang luas untuk memahami pengalaman manusia. Gender adalah suatu konstruksi sosial yang, meskipun perlu, telah didominasi oleh laki-laki dan menindas perempuan. Teori ini ditujukan untuk menantang asumsi-asumsi gender yang berlaku luas dalam masyarakat dan untuk mencapai cara-cara yang membebaskan perempuan dan laki-laki untuk eksis di dunia.
Ardener melalui “muted group theory” melanjutkan perspektif feminis dengan mengemukakan bahwa bahasa dari suatu budaya memiliki bias laki-laki yang melekat di dalamnya, yaitu bahwa laki-laki menciptakan makna bagi suatu kelompok, dan bahwa suara perempuan ditindas atau dibungkam. Perempuan yang dibungkam ini, dalam pengamatan Ardener, membawa kepada ketidakmampuan perempuan utk dengan lantang mengekspresikan dirinya dalam dunia yang didominasi laki-laki.

·      Teori-Teori Komunikasi Kritis
Teoritas kritis menganggap bahwa pengalaman manusia tidak terpisahkan dari percakapan dan teks yang tertanam didalamnya. Pengalaman itu sendiri adalah bahasa. Bahasa dari budaya kita menentukan pengalaman kita dan menciptakan suatu biasa atau cara untuk  memahami. Teks memang berbicara kepada kita, tetapi kita selalu membaca teks dari sudut pandang lingkungan histories dimana kita hidup dan berpikir.
Seringkali lingkungan tersebut terdiri dari kekuatan-kekuatan yang menghancurkan dan menindas manusia. Bentuk-bentuk bahasa yang dominan dan media komunikasi dapat mencegah kelompok tertentu dari partisipasi dalam struktur-struktur kendali masyarakat. Dalam masa kita sekarang ini, beberapa orang beranggapan, penindasan ini dapat dilihat dalam struktur ekonomi, media komunikasi, dan hubungan gender.



B.     TEORI  KONTEKSTUAL : TEORI KOMUNIKASI MASSA

1.      DEFINISI KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa dapat didefinisikan dalam 3 ciri:
1)   Komunikasi massa diarahkan pada audiens yang relative besar, heterogen,dan anonym.
2)   Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
3)   Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin cnderung membutuhkan biaya yang cukup besar (wright, 1959, hlm. 15).


2.      BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI MASSA
A.       Televisi
B.       Radio
C.       Surat kabar
D.       Majalah
E.        Film
F.        Buku
G.       Piringan hitam, kaset, dan compact disc
H.       Media baru

3.      FUNGSI KOMUNIKASI MASSA
A.    Menghibur
B.     Meyakinkan
C.     Mengukuhkan
D.    Mengubah
E.     Menggerakkan
F.      Menawarkan etika atau system nilai tertentu
G.    Menginformasikan
H.    Menganugerahkan status
I.       Membius
J.       Menciptakan rasa persatuan : privatisasi & hubungan para social

4.      TEORI KOMUNIKASI MASSA
A.    Teori satu langkah, mengatakan bahwa komunikasi massa mempengaruhi khalayak secara langsung dan segera. Salah satu dari teori ini adalah teori peluruh perak, yang mengatakan bahwa pesan-pesan media bekerja nyaris seperti peluruh yang diarahkan kesasaran tertentu.
B.     Teori dua langkah, mengatakan bahwa media mempengaruhi pembawa pengaruh (pemuka masyarakat), yang selanjutnya mempengaruhi masyarakat umum.
C.     Teori multilangkah, mengatakan bahwa proses mempengaruhi berjalan ulang-alik. Pengaruh ini mengalir ulang alik antara media dan masyarakat.
D.    Teori difusi inovasi, dipusatkan pada peran media dalam mempengaruhi orang untuk mengadopsi (melakukan) sesuatu yang baru. Ada tiga tahap: akuisi (pemerolehan) informasi, mengevaluasi informasi, dan adopsi (penerimaan) atau penolakan inovasi.
E.      Teori kultivasi, mengatakan bahwa media khususnya televisi, memberikan gambaran yang tidak realistis tentang dunia kepada pemirsanya, tetapi penyajiannya membuat banyak pemirsa menganggap itu realitas.
F.      Teori pemanfaatan dan gratifikasi, menjelaskan interaksi orang dengan melalui pemanfaatan media oleh orang itu serta gratifikasi yang mereka peroleh dari media.
G.    Teori penyusunan agenda, mengatakan bahwa media mendesakkan pengaruhnya dengan menetapkan apa yang penting dan apa yang tidak.
H.    Teori palang pintu, adalah orang atau intuisi yang menerima pesan-pesan dan menyampaikannya kepada orang lain atau mencegah pesan itu sampai ke orang lain. Sering kali pesan-pesan ini diubah oleh palang pintu sebelum mereka meneruskan.

5.      TUJUAN TEORI KOMUNIKASI MASSA
Tujuan-tujuan teori komunikasi massa yang lebih spesifik adalah sebagai berikut :
1.      Untuk menjelaskna pengaruh-pengaruh komunikasi massa.
2.      Untuk menjelaskan manfaat komunikasi massa yang digunakan oleh masyarakat.
3.      Untuk menjelaskan pembelajaran dari media massa
4.      Untuk menjelaskan peran media massa dalam pembentukan pandangan-pandangan dan nilai-nilai masyarakat.

Sumber:
Teori-Teori Komunikasi Interpretatif Dan Kritis Oleh: Bambang Wibiono, S.I.P
Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan, di dalam Media Massa oleh Werner J. Severin-James W. Tankard, Jr.
Komunikasi Antar Manusia oleh Josepd a. Devito.



Komentar

Posting Komentar